Tag Archives: Kehutanan

Kamus Besar

Kamus. Adalah benda yang tak asing bagi para pelajar dan nyaris semua orang memilikinya. Disanalah ibu yang melahirkan berbagai macam kalimat, pembicaraan, bahasa, mantera, seni dan sebagainya. Semua orang pasti menggunakan kosa kata dari kamus untuk berkomunikasi. Hal ini tak jauh berbeda dengan Wanagama. Dalam kacamataku, Wanagama bak kamus besar multibahasa yang menjadi pangkal dari berbagai hal yang banyak orang entah sadar atau tidak banyak mengambil manfaat dari keberadaannya. Dalam kamus Wanagama ini terkandung istilah-istilah yang berhubungan dengan hutan, ilmu, belajar, liburan, korsa, inspirasi, professor, puzzle dan masih banyak istilah lainya yang tidak mungkin untuk kusebutkan satu-satu.

Aku terpana ketika memasuki kawasan Hutan Pendidikan Wanagama (HPW) untuk pertama kalinya, saat mengikuti acara Forestry Camping 2016. Bagaimana tidak? Sebelum datang ke tempat ini sudah banyak cerita yang kudengar dari beberapa rekanku. Tapi kebanyakan cerita itu hanya menceritakan sisi buruk Forestry Campingnya saja. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang aku lihat disini.

Wanagama ini sekilas mirip sekali dengan ladang milik kakek-nenekku di desa. Banyak pepohonan tinggi, suasana yang sejuk, lengkap beserta cerita mistis yang membuat bulu kuduk berdiri.

Berada di Wanagama melebarkan pandanganku tentang alam, khususnya hutan. Dulu di Gunung Ungaran kutemui jenis hutan yang masih alami, kakak kelasku menyebutnya dengan virgin forest. Hutannya sangat rapat, lembab, pohon tinggi-tinggi dan tumbuh lumut dimana-mana. Bukan maksudku untuk membandingkan antara hutan alami dengan hutan buatan, kawan. Wanagama ini berbeda dan teramat spesial. Wanagama adalah seni tentang bagaimana manusia mampu membangun hutan dengan kondisi sangat mirip dengan hutan alami, pada lahan yang dulu dianggap tidak mungkin tanaman bisa tumbuh. Kembali pikiranku dibawa melayang ke Wanagama.

Masalah siapa orang yang membangun Wanagama ini, pada awalnya aku tidak percaya jika hutan semegah ini dibangun oleh orang-orang hebat dari Fakultas Kehutanan UGM. Pasalnya mindsetku tentang pendidik baik guru maupun dosen hanyalah pemberi teori tanpa terjun ke lapangan. Begitu turun dari bus, aku terkejut melihat kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Aku merasa malu dengan cara berpikirku dulu yang kolot dan kurang berwawasan. Wanagama telah membawa pandangan baru bagiku tentang peran seorang dosen, tentang professor, tentang pendidik. Sangat pantas untuk mereka menyandang gelar tersebut karena karya-karya mereka luar biasa, membuat orang lain terkagum-kagum.

Wanagama merupakan potret nyata dari kerja keras dan kepedulian orang-orang berpendidikan untuk masyarakat. Aih aku merasa tanggung jawabku meningkat dari sekedar belajar. Ternyata lebih dari itu, aku adalah bagian dari Universitas Gadjah Mada yang notabene adalah Universitas Kerakyatan, banyak bentuk pengabdian masyarakat yang menjadi percontohan bagi perguruan tinggi lain di seluruh Indonesia. Tiba-tiba kepalaku sesak oleh gagasan semacam itu.

Hutan Wanagama jelas berbeda dengan hutan lain yang pernah kulihat, meskipun baru sedikit sekali wilayah hutan yang aku lihat. Sangat kentara kalau Wanagama ini dibangun tidak dengan asal-asalan, melainkan dengan konsep dan terstruktur. Hutan ini dibangun dengan ilmu, sarat akan pengetahuan, dan hal  ilmiah lain.

Bisa dilihat dari bagaimana awal mereka membangun, dengan tanaman pionir, pemeliharaan yang sangat susah, kemudian dilanjutkan dengan suksesi lainnya, muncul mata air dan kehidupan bawah tanah, habitat konservasi insitu dan eksitu tanaman dan satwa, sampai sekarang menjadi bakalan ekowisata. Dengan apa kalau tidak dengan ilmu? Tak dapat kubayangkan mereka memaksa tanaman untuk tumbuh di daerah batu bertanah, hingga tanaman itu sendiri yang mengubahnya menjadi tanah subur selayaknya sekarang.

Aku dibuat takjub dengan fenomena ini. Rasanya ingin menjadi bagian dari barisan pembangun hutan ini, meski sekedar gadis baki sekalipun. Ingin sekali menjadi Prof. Oemi Haniin, sosok perempuan yang dengan beraninya memimpin rehabilitasi lahan kritis Pengunungan Karst Seribu. Beliau yang pantang menyerah dan berjuang mati-matian untuk kebermanfaatan. Ide dan karyanya tidak hanya abadi dalam sebuah buku, namun hasil nyatanya dapat bermanfaat untuk banyak orang.

Kudapat cerita ini melalui pemaparan materi, kawan. Tapi nampaknya memang benar demikian, karena begitulah adanya.

Aku selalu kagum dengan penulis kamus, tentang bagaimana usahanya hingga tercipta kamus-kamus tebal. Meskipun karyanya banyak dibajak di pasaran. Barisan professor dari Fakultas Kehutanan ini kupermisalkan penulis kamus. Pencipta ribuan istilah yang muncul dari Wanagama. Istilah akademis maupun non akademis, istilah harapan maupun istilah kenyataan, dan nilai-nilai kehidupan yang banyak tesirat disana. Banyak orang terinspirasi dan tentu saja mengucapkan terima kasih untuk mereka yang berjasa. Tuhan, jadikan kami generasi seperti mereka. Mereka yang peduli akan nasib rakyat kecil yang didasari lingkungan.

Meskipun demikian, Wanagama tetaplah Wanagama. Ia ibarat gadis desa yang tampil anggun dan diasuh dengan penuh kasih sayang oleh orang tuanya. Ia punya kepribadian yang baik. Sederhana saja. Sama sekali tidak tinggi hati meskipun namanya digaung-gaungkan di dunia luar sana. Di usianya yang sudah berkepala empat, Wanagama tetap tampil menawan dengan segala kharismanya, bahkan semakin molek. Hal ini tidak lepas dari peran rimbawan-rimbawati Bulaksumur yang berusaha sedemikian rupa hingga hasilnya dapat kita nikmati saat ini. Tak heran ketika Pangeran Charles jauh-jauh dari Kerajaan Inggris sana kagum ketika mengunjungi Wanagama. Bahkan Ibu Megawati RI 1 ke-5, beliau kagum dan peduli dengan riset dan pengembangan Wanagama hingga namanya diabadikan dalam pohon jati, “Jati Mega”. Banyak lagi tokoh-tokoh lain yang juga terinspirasi.

Lepas dari itu semua, di Wanagama kutemukan cuplikan kisah masa laluku yang gemar sekali berpetualang. Aku senang sekali bereksplorasi ke alas dengan teman-temanku dulu. Mencari pakan ternak, mencari satang, burung, madu, buah, ikan, atau sekedar berlari pagi untuk melihat-lihat pemandangan seperti kebanyakan orang lakukan saat ini. Tanpa kutahu bahwa jalan hidup yang kujalani sekarang ini adalah lanjutan dari kisah masa kecilku yang sempat terhenti beberapa saat.

Aku yang dulu sempat ber-huh ketika tahu bahwa aku diterima di Fakultas Kehutanan, seolah menemukan potongan puzzle dari alasan-alasan mengapa aku dikirim Tuhan untuk berada disini. Tuhan selalu punya alasan atas apapun jalan hidup seseorang. Benar kata Pak Atus bahwa, “Setelah kalian pulang dari Forest Camp ini, kalian akan mendaftar lagi SBMPTN tahun depan (?). Itu tidak. Setelah kalian pulang dari Forest Camp ini, kalian akan melepaskan diri dari Fakultas Kehutanan (?). İtu tidak”. Dan akupun mengamininya diam-diam. Semoga malaikat-malaikat baik juga demikian.

Lebih-lebih aku merasa sangat bersyukur banyak pelajaran yang kudapatkan selama disini. Bukan hanya teori dan praktikum mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan saja. Nilai-nilai rimbawan banyak sekali aku gali disini. Punya kelompok yang beuh luar biasa. Kami solid, saling berbagi, tanggung jawab, tolong menolong, saling melengkapi, saling membully, baperan (mudah terbawa suasana), seru, penuh kejutan, dan apalah itu. Aku tidak menemukan kata lain yang mampu menggambarkannya.

Satu lagi, kutemukan kata korsa di deretan abjad kamus Wanagama. “Korsa”, satu kata berjuta makna. “Satu korsa sama rata”, satu kalimat berjuta amanat. Aku tidak merasa dijejali teori tentang itu, tapi itulah yang aku dapat selama di Wanagama. Setelah belajar berenang di permukaan, perlahan aku meleburkan diri ke dalam dunia baruku, menyelami lebih jauh, dan jauh ke dalam dunia kehutanan.

~Wanagama, keberadaannya adalah inspirasi untuk kita semua.

Check this video out ! https://www.youtube.com/watch?v=zX9s8lsKfqU&feature=youtu.be

192093 147588 192114 S__23035944

BIOMETRIKA HUTAN

Jumpa lagii..

Yuhuu, sembari menunggu loading yang super duper lama, padahal cuma mau buka email, saya sempatkan sebentar untuk berbagi master yang semoga bermanfaat. Oh ya, fyi, saya baru liburan nih ceritanya. Lama ga ? Lamaa, dari tanggal 16 sampe 21 Januari ini. Ini liburan semesterku cah. Aku doang. Iya, lama banget. Sinyal susah, air juga susah, mager ngapa-ngapain. Jauh.

Back to master, kali ini berbagi master laporan biometrika hutan. Laporan biometrika hutan ini istimewa. Kenapa ? Karena nilainya minimal 90. Jika 90 tak didapat, maka revisi menanti. Tapi menyenangkan bukan mengerjakan sesuatu yang berujung baik semacam ini ? Tentu saja.

Kendala pada saat pengerjaan laporan adalaaah, mengumpulkan niat. Hal satu ini memang dirasa menjadi masalah bagi sebagian besar kawula muda untuk mengerjakan sesuatu. Teknisnya, sering terkendala pada akumulasi data antarkelompok atau antar kelas atau antarshift, karena tidak semua fast respon. Setelah itu, bakalan ragu saat mulai menulis hasil karena datanya bejibun, ga juga sih sebenernya. Apalagi jika ditemukan ketidaksesuaian data dengan temanmu. Waah, ngulang. Belum tentu, cek dulu sama-sama. Alhasil, karena faktor-faktor di atas (terutama faktor pertama), laporan biomet yang harus dikumpulkan jam 15.30, mulai saya kerjakan jam 07.30 di kelas saat kuliah. Duduk belakang, strategis, buka data, bawa master, cuss. Aih jangan ditiru yaa! Saya tidak ingin orang lain meniru saya, jadilah diri sendiri! :V

Tapi maaf sebelumnya, karena saya selalu saja lupa menaruh daftar pustaka di file ini. So, cari sendiri ya, hehe.

Laporan Acara I

Laporan Acara 2

Laporan Acara 3

Laporan Acara 4

Laporan Acara 5

Laporan Acara 6

Format Laporan

Dankee 🙂

ILMU TANAH HUTAN

Belajar tentang Ilmu Tanah Hutan, tak lengkap jika tidak memakai master. Sebelum melangkah lebih jauh, master itu apa sih?

Master itu sebenarnya adalah rahasia umum, dan merupakan kunci keberhasilan seseorang dalam mengerjakan laporan. Mudahnya, master adalah referensi laporan yang sudah disahkan oleh asisten. Biasanya berasal dari kakak tingkat, dan digunakan oleh adik tingkat untuk mengerjakan laporan. Dalihnya belum berpengalaman membuat laporan hehe (*rotfl*). Saya pun tahu apa itu master, ya dari sini.

Sebagai mahasiswa yang sudah menyelesaikan laporannya, maka saya bermaksud membagikan sebagian isi laporan saya disini, karena sharing is caring 🙂

Tapi mohon maaf jika kurang lengkap dan kurang sesuai dari yang diharapkan.

Laporan Acara 1

Laporan Acara 2

Laporan Acara 3

Laporan Acara 4

Laporan Acara 5

Laporan Acara 6

Laporan Acara 7

Laporan Acara 8

Laporan Acara 9

Laporan Acara 10

Format Laporan

File terakhir “format laporan” berisikan cover laporan yang dijilid, lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, dan kesan pesan.

Oke that’s all, semoga bermanfaat. Dankee 🙂

Mengenal Jenis Pepohonan di UGM

Dosen : Atus Syahbudin, P.hD

Pada postingan kali ini, saya akan membagikan perasaan saya setelah mengenali jenis pepohonan di UGM. Yaa, sebenarnya belum pas dikatakan mengenali karena actually baru 65 pohon + 4 pohon (jadinya 69 pohon) yang kami kenali.

Nah, bagaimana cara kami mengenal pohon-pohon itu? Praktikum lapanganlah yang mengajarkan pada kami.

  1. Berangkat praktikum.

Praktikum dilaksanakan di hari Sabtu-Minggu (so sad, right?) karena waktunya longgar untuk mengenali lebih dalam tentang mereka, meskipun menyita weekend (disitu saya sedih). Apa saja yang dibawa? Co ass kami, menginstruksikan agar kami membawa tally sheet (lembar pengamatan yang dipersiapkan untuk 60 jenis pohon, berisi parameter yang akan kami amati), alat tulis, air minum (banyak, karena cukup exhausted mengingat cuaca puanas), makan siang, snack, jas hujan/paying, daaan yang terpenting adalaaah semangat!

  1. Pengamatan lapangan

Oh iya kami disini dibantu sama co assistant praktikum sesuai dengan pada saat di kelas, kelompok kami sama Mas Andi. Master ko as Fito kami menyebutnya, karena beliau adalah koordinator seluruh asisten praktikum fito. Sama Mas Andi, tidak ada pertanyaan yang tidak terjawab, dan itu semua di luar kepala. Ckck. Lokasi pengamatannya adalah di kampus UGM sebelah timur Jakal. Terbayang kan betapa luasnya? Tapi kami semangat!

Pengamatan diawali dengan mengamati ciri lapangan dari pohon, mulai dari bentuk tajuk, kerapatan tajuk, percabangan, warna kulit luar, tipe batang, getah, dan ciri lain yang dapat diamati dari jauh.

Lebih lanjut lagi, kami mengamati perakaran, daun, stipula, bunga, buah, biji. Secara umum parameter yang diamati adalah sebagai berikut:

  1. Nama lokal, dan nama ilmiah
  2. Ciri lapangan
  3. Bentuk tajuk
  4. Kerapatan tajuk
  5. Batang
  6. Bentuk batang
  7. Kelurusan batang
  8. Tipe batang
  9. Warna kulit luar
  10. Warna kulit dalam
  11. Tebal kulit
  12. Permukaan kulit
  13. Pola mengelupas pada kulit
  14. Ada tidaknya lentisel pada kulit
  15. Percabangan
  16. Warna daun muda
  17. Akar
  18. Perakaran
  19. Ada tidaknya banir
  20. Bentuk banir
  21. Daun:
  22. Tipe daun
  23. Duduk daun
  24. Bentuk daun
  25. Pangkal daun
  26. Tepi daun
  27. Ujung daun
  28. Pertulangan daun (tulang daun primer, tulang daun sekunder, tulang daun tersier)
  29. Permukaan daun
  30. Permukaan bawah daun
  31. Tebal daun
  32. Warna permukaan daun
  33. Warna bawah daun
  34. Ciri khas pada daun, misalnya tulang daun primer tidak di tengah, daun muda berwarna merah, ada tidaknya domatia dan susunannya pada daun tunggal, ada tidaknya sayap antarsirip pada daun majemuk
  35. Stipula
  36. Ada/tidaknya
  37. Jenis stipula
  38. Bentuk stipula
  39. Ukuran stipula
  40. Bunga:
  41. Tipe bunga
  42. Jenis karangan bunga jika majemuk
  43. Letak bunga atau karangan bunga
  44. Simetri bunga
  45. Ada tidaknya brachtea dan brachteola, serta bentuknya
  46. Warna benang sari
  47. Berumah satu atau dua
  48. Rumus bunga
  49. Bila gymnospermae, apa bentuk organ generatifnya, 1 sisik berapa biji
  50. Buah:
  51. Tipe buah
  52. Bentuk buah
  53. Ada tidaknya plasenta buah, dan warnanya
  54. Ukuran buah
  55. Jumlah kampuh
  56. Biji:
  57. Jumlah biji
  58. Bentuk biji
  59. Ukuran biji
  60. Keadaan bulu
  61. Warna kulit biji
  62. Sayap pada biji
  63. Bila ada, jumlah sayap panjang dan sayap pendek berapa, jumlah urat pada sayap panjang berapa
  64. Getah:
  65. Ada tidaknya getah dan warnanya

Dari parameter-parameter tersebut, setiap pohon mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan pohon lain. Misalnya sengon buto memiliki bentuk buah polong yang melingkar seperti daun telinga, dan memiliki warna yang cantik pada bijinya. Ciri khas seperti inilah yang akan membuat kita mudah mengingatnya, terutama mengingat nama ilmiahnya. Co ass pasti menjelaskan bagian yang khas dari suatu tanaman, maka ingat-ingatlah hal itu. Coba kait-kaitkan dengan sesuatu yang ada di otak kita, untuk memudahkan proses memorizing. Selain itu, mengingat-ingat lokasi pengamatan juga salah satu tips yang manjur untuk mengingat pohon yang diamati. Karenaa, 65 pohon bukan jumlah yang sedikit lho untuk newbie seperti kami? Hal ini juga merupakan tantangan besar bagi kami untuk menjalani responsi. Semangaat!

Karena parameter yang diamati banyak, kami membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk masing-masing pohon (termasuk moving). Tapi itu ga kerasa, karena untungnya saya dapat kelompok yang seru.

  1. Pengumpulan data

Setelah selesai pengamatan, tally sheet diserahkan kepada co ass untuk dikoreksi. Selanjutnya data diakumulasi ke dalam form yang sudah disiapkan oleh co ass.

Seperti ini contoh form yang sudah kelompok kami isi. download

  1. Apa sih tujuan pengumpulan data ini?

Nahh, hal ini berkaitan dengan tugas selanjutnya yaitu kunci determinasi. Yeay. Pernah dapat cerita dari kakak tingkat bahwa kunci determinasi ini emm, momok dari praktikum fito. Kelompok kami yang beranggotakan 12 orang dibagi menjadi 4 kelompok kecil. Saya bareng sama Novita, sama Sitor. Mereka kerjasamanya bagus guys, dan bisa diandalkan. Well, everything’s well done. Saya kebagian kunci determinasinya, dan mereka berdua matriksnya. Karena jujur saya ga bisa rapih untuk mengerjakan sesuatu seperti matriks. Bagian mana yang disebut momok juga saya bingung.

Contoh kunci determinasi yang kami buat bisa di download disini.

Oke tiba di penghujung artikel guys. Semoga artikel ini bermanfaat, dan kami sangat menerima masukan yang konstruktif. Selamat mengenal pohon di UGM 🙂