Tahukah teman-teman tentang fitogeografi ? Oh belum.
Mudahnya, fitogeografi pohon tuh pelajaran pengenalan pohon, mulai dari ciri fisik seperti daun, bunga, buah, biji sampai habitat dan taksonomi. Tapi kalau daun, bunga, buah, biji kan sudah kita pelajari sejak SD, nah disini diperdalam lagi. Misal nih tentang daun, nanti di fitogeografi dipelajari juga bentuk pertulangan daun, duduk daun, tekstur daun, apa itu internodia dan sebagainya. Kalau tentang bunga misalnya, nanti bunganya simetris berapa, tipe bunganya tongkol atau malai (malai apalagi) atau apa, seperti itu. Seru kan ?
Jadi itu kesan pertama pas mata kuliah fitogeografi. Karena kami di fakultas kehutanan, pohon-pohon yang dibahas mayoritas adalah pepohonan hutan. Ternyata sengon, mahoni, sonokeling, durian termasuk yang dipelajari. Pohon-pohon itu sebagian sering saya lihat di kampung dulu. Jadi beruntunglah saya menjadi orang desa sehingga tidak terlalu asing dengan mereka. Hehe.
Ada kesulitan ga sih ? Jelas banyak. Karena pohon-pohon hutan yang dipelajari itu jarang kita lihat dan banyak sekali jenisnya. Tipenya tidak sedikit juga.
Tapi tenang aja, dosennya Alhamdulillah saya dapat yang luar biasa, Pak Atus Syahbudin, P.HD. Tak kasih gambaran bagaimana asyiknya pembelajaran mata kuliah fitogeografi berlangsung ya.
a. Mahasiswa mempunyai buku pegangan
Mahasiswa diarahkan untuk mempunyai buku ajar mata kuliah Fitogeografi Pohon yang disusun oleh Bu Adri dan Pak Wiyono dari Laboratorium Dendrologi Bagian Silvikultur fakultas kami. Meskipun kami fotokopi sendiri sih hehe. Materi di dalam buku itu sudah lengkap, dan runtut serta disertai gambar sketch yang memudahkan pemahaman mahasiswa. Dengan buku ini, mahasiswa dapat belajar lebih dulu sebelum perkuliahan disampaikan, dan menyiapkan pertanyaan untuk didiskusikan.
b. Metode perkuliahan menarik
Materi pekuliahan disampaikan dalam slide powerpoint bergambar. Langkah ini menurut saya berhasil mengurangi sedikit rasa kantuk, daripada hanya mendengarkan penjelasan dosen yang text oriented. Penjelasan disertai gambar memudahkan masuknya ilmu ke otak kita.
c. Penyampaian materi cocok
Pak Atus menyampaikan materi dengan runtut dan telaten, suara dan intonasi jelas, serta tidak kaku. Pembawaan beliau selalu semangat, sehingga kami yang diajar malu jika kuliah tanpa semangat.
d. Pengamatan langsung ke objeknya
Selain dari slide powerpoint, beliau tak jarang membawakan contoh yang diamati. Misalnya pada perbedaan daun tunggal dan daun majemuk, beliau membawakan daun tunggal dan daun majemuk ke kelas. Jadi kami semakin paham.
e. Peraturan di kelas tidak kaku
Terkait peraturan di kelas, ada yang seru nih. Toleransi keterlambatan mahasiswa 15 menit, begitu juga untuk beliau. Konsekuensinya mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diijinkan masuk, sedangkan apabila Pak Atus yang terlambat lebih dari 15 menit dan tidak ada konfirmasi, maka perkuliahan ditiadakan. Yeay. Untungkah atau rugikah ? Hmm, both of them.
f. Ada motivation building
Istimewanya di kelas beliau, kami tidak hanya dibekali dengan materi akademis, tetapi juga motivation building setiap kali pertemuan. Sering sekali Pak Atus menyampaikan tentang pengalaman kuliahnya di luar negeri, betapa menyenangkannnya, bagaimana perjuangannya, apa suka dukanya, dan terus membawa kami ke mimpi-mimpi. Beliau selalu menyampaikan bahwa
“hidup ini seperti piramida, dan cita-cita tertinggi kami berada di puncak”
Untuk mencapai puncak, bukan dengan loncat, tetapi dengan menyusun batu, kerikil, pasir di badan piramida itu. Beliau tanyakan terus sampai dimana kami menyusun material untuk sampai ke puncak. Hal ini membuat kita mereview tujuan awal kami berada di sini. Aih, tiba-tiba mimpi ini rasanya dekat saja.
g. Ada feedback dari mahasiswa untuk dosen
Kerennya lagi, Pak Atus tuh welcome banget untuk masukan yang konstruktif, salah satunya melalui “mengulas perkuliahan fitogeografi” ini. Disini kami merasa kami ada.
Kebayang kan bagaimana perkuliahan fitogeografi pohon dengan Pak Atus ?
Nah dari gambaran tadi, menurut saya perkuliahan akan lebih baik lagi jika ditambah dengan
a. Peningkatan metode pembelajaran
Mahasiswa akan lebih paham dengan materi perkuliahan yang disampaikan jika mengamati, dan berinteraksi langsung dengan objek yang dibahas. Disini perlulah kiranya untuk memperbanyak pengamatan dan interaksi langsung dengan objek di luar kelas. Selain itu, penyampaian materi dalam bentuk audio visual misalnya dokumenter akan lebih memudahkan mahasiswa dalam mencerna materi. Mungkin karena saya termasuk tipe pembelajar audio visual hehe.
b. Menambahkan diskusi dan tugas kelompok
Selama ini diskusi kelompok belum dilakukan di perkuliahan fitogeografi pohon. Diskusi kelompok diharapkan memberi kesempatan bagi mahasiswa yang jarang terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas agar lebih percaya diri, mampu mengutarakan pendapat, dan mengasah pola pikir, serta kerja sama dalam tim. Tugas kelompok misalnya presentasi atau pembuatan paper juga demikian.
c. Membuat pembelajaran lebih interaktif
Salah satu yang interaktif dari metode perkuliahan Pak Atus adalah menanyakan suatu hal kepada siswa secara acak, biasanya berdasarkan absen. Ini lumayan menguntungkan bagi mahasiswa yang kurang PD untuk bertanya atau mengutarakan pendapat, karena mendapatkan kesempatan melalui ini.
Lebih dari itu, pembelajaran interaktif bisa dicoba salah satunya dengan games di dalam kelas. Meskipun kesannya kekanak-kanakan (hehe) tetapi biasanya esensi dari games ini justru masuk ke dalam memori kita. Untuk mengurangi kebosanan dalam penyampaian materi, perlu juga diselingi dengan jokes atau ice breaking atau hal lain yang bersifat relaxing selama 100 menit pembelajaran.
d. Mengadakan latihan soal sesering mungkin
Jadi ceritanya, mahasiswa berkuliah fitogeografi pohon dengan santai, mengikuti perkuliahan, meskipun belum paham semuanya. Sampai tiba saat pre-test untuk praktikum, eh gelagapan semua, hanya sebagian kecil yang bisa dikerjakan 😀
Bertolak dari itu, mengadakan latihan soal sesering diharapkan akan membagi beban belajar untuk ujian dan evaluasi. Mengingat banyaknya materi fitogeografi pohon, banyak kosakata baru, perlu untuk diadakan latihan soal yang juga akan memperdalam pemahaman.
e. Membekali mahasiswa dengan tugas
Mata kuliah fitogeografi pohon cenderung santai bagi mahasiswa (terutama saya) karena tuntutan tugas sedikit, baik tugas individu maupun tugas kelompok dan sebelum UTS ini praktikum baru dilaksanakan 1 kali. Keadaan ini membuat kami terlena, dan keteteran pada saat pre-test. Tugas ataupun kuis diharapkan membuat mahasiswa menjadi lebih aktif, lebih tahu, dan lebih mandiri.
f. Memanfaatkan teknologi
Pemanfaatan teknologi seperti tugas blogging merupakan cara yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan analisis dan kemampuan menulis, mengingat pentingnya kemampuan-kemampuan tersebut untuk mahasiswa. Akan lebih baik lagi jika kita belajar memanfaatkan teknologi yang ada, seperti elisa, e-journal, atau melalui media sosial yang sering digunakan. Ada baiknya juga mahasiswa diberi link bahan belajar selain dari buku untuk memperluas wawasan.
Parameter keberhasilan pembelajaran menurut Kholiq (2012) diantaranya ada metode pembelajaran, pengelolaan kelas, keterampilan bertanya, pelayanan individual, sumber belajar dan alat bantu pembelajaran, umpan balik dan evaluasi, komunikasi dan interaksi, keterlibatan mahasiswa, refleksi, hasil karya mahasiswa, dan hasil belajar. Sedikit lagi langkah perkuliahan fitogeografi pohon untuk memenuhi parameter-parameter itu.
Terima kasih untuk Pak Atus dan semua komponen yang terlibat dalam perkuliahan ini 🙂
That’s all. Maturnuwun 🙂